Gaya bahasa idiom

Gaya bahasa idiom

Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah penggunaan kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan maksud tertentu serta berguna untuk menimbulkan kesan-kesan keindahan dalam sebuah karya sastra atau dalam berbicara biasanya. Gaya bahasa biasanya di sebut juga dengan majas. Faktor yang mempengaruhi komunikator dalam berkomunikasi dengan mitranya: 

1) Cara dan media komunikasi : lisan atau tulisan, langsung atau tidak langsung, media cetak atau media elektronik. 
2) Bidang ilmu : filsafat, sastra, hokum, teknik, dan kedokteran 
3) Situasi : resmi, tidak resmi, setengah resmi. 
4) Ruang atau konteks : seminar, kuliah, ceramah pidato 
5) Khalayak : dibedakan berdasarkan umur (anak-anak, remaja, dewasa, orang tua), jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), tingkat pendidikan dan status sosial (rendah, menengah, tinggi). 
6) Tujuan : membangkitkan emosi, diplomasi, humor, dan informasi. 

Jernis-jenis Gaya Bahasa 

Segi Non Bahasa 

Dilihat dari segi non bahasa, gaya bahasa sebagai hasil dari bermacam-macam unsur sebagai berikut:

1) Berdasarkan Pengarang 
Gaya yang disebut sesuai dengan nama pengarang dikenal berdasarkan ciri pengenal yang digunakan pengarang atau penulis dalam karangannya. Seorang pengarang dapat mempengaruhi orang-orang sejamannya atau pengikut-pengikutnya sehingga membentuk sebuah aliran. Kita mengenal gaya Chairil dan gaya Takdir 

2) Berdasarkan Masa 
Gaya bahasa yang didasarkan pada masa dikenal dengan ciri-ciri tertentu yang berlangsung dalam satu kurun waktu tertentu. Misalnya gaya lama, kaya klasik, gaya sastra, gaya modern dan sebagainya. 

3) Berdasarkan Medium 
Gaya bahasa medium yang dimaksud dengan medium adalah bahasa dalam arti alat komunikasi. Tiap bahasa, karena struktur dan situasi sosial pemakainya, dapat memiliki corak tersendiri. Sebuah karya yang ditulis dalam bahasa Jerman akan memiliki gaya yang berlainan, maupun bila ditulis dalam bahasa Indonesia, Prancis atau Jepang. 

4) Berdasarkan Subyek 
Subyek yang menjadi pokok pembicaraan dalam sebuah karangan dapat mempengaruhi pula gaya bahasa karangan. Berdasarkan hal ini kita mengenal gaya filsafat, ilmiah (hukum, teknik, sastra), popular, dan didaktik. 

5) Berdasarkan Tempat 
Gaya ini mendapat namanya dari lokasi geografis, karena ciri-ciri kedaerahan mempengaruhi uangkapan atau ekspresi bahasanya. Ada gaya Jakarta, gaya Jogja, ada yang Medan, maupun gaya Balikpapan. 

6) Berdasarkan Hadirin 
Seperti halnya dengan subyek, maka hadirin atau jenis pembaca juga mempengaruhi gaya yang dipergunakan seorang pengarang. Ada gaya popular atau haya demagog yang cocok untuk rakyat banyak. Ada gaya sopan yang cocok untuk lingkungan istana atau lingkungan yang terhormat. Ada pula gaya intim (familiar) yang cocok dengan lingkungan keluarga atau untuk orang yang akrab. 

7) Berdasarkan Tujuan 
Gaya berdasarkan tujuan memperoleh namanya dari maksud yang ingin disampaikan oleh pengarang, di mana pengarang ingin mencurahkan gejolak emotifnya. Ada gaya sentimental, gaya sarkastik, gaya diplomatis, gaya agung atau gaya luhur, gaya tknis atau informasional dan gaya humor. 


Segi Bahasa 

Dilihat dari sudut bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan berdasarkan titik tolak unsur bahasa yang dipergunakan, yaitu : 
1) Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata; 
2) Gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung dalam wacana; 
3) Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat 
4) Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. 

Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata 

Berdasarkan pilihan kata, gaya bahasa mempersoalkan kata mana yang paling tepat dan sesuai untuk posisi-posisi tertentu dalam kalimat, serta tepat tidaknya penggunaan kata-kata dilihat dari lapisan pemakaian bahasa dalam masyarakat. Dengan kata lain, gaya bahasa mempersoalkan ketepatan dan kesesuaian dalam menghadapi situasi-situasi tertentu. 

Dalam bahasa standar (bahsa baku) dapatlah di bedakan menjadi 3, yaitu : 

Gaya Bahasa Resmi 

Gaya bahasa resmi adalah gaya bahasa dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan mempergunakannya dengan baik dan benar. Seperti amanat kepresidenan, pidato-pidato yang penting, dan lain-lain. 

Contoh : Text Proklamasi 

Gaya bahasa Tak resmi 

Gaya bahasa tak resmi merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar, khususnya dalam kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. 

Contoh : artikel, karya tulis. 


Gaya Bahasa Percakapan 

Dalam gaya bahasa ini, pilihan katanya adalah kata-kata yang popular dan kata-kata percakapan. Namun disini harus ditambahkan segi-segi morfologinya atau sintaksis, yang bersama-sama membentuk gaya bahasa percakapan ini. 

Gaya Bahasa Berdasarkan Nada 

Gaya bahasa berdasarkan nada didasarkan pada sugesti yang dipancarkan dari rangkaian kata-kata yang terdapat dalam sebuah wacana. Sering kali sugesti ini akan lebih nyata kalau diikuti dengan sugesti suara dari pembicaraan, bila sajian yang dihadapi adalah bahasa lisan. 

Karena nada itu lahir dari rangkaian kata-kata, sedangkan rangkaian kata-kata itu tunduk pada kaidah-kaidah sintaksis yang berlaku. Maka dari itu gaya bahasa dapat dilihat dari sudut nada yang terkandung dalam sebuah wacana yaitu : 


Gaya Sederhana 

Gaya ini sangat cocok untuk memberi instruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya. Sebab itu untuk mempergunakan gaya ini secara efektif, penulis harus memiliki kepandaian dan pengetahuan yang cukup. 

Gaya Mulia dan Bertenaga 
Sesuai dengan namanya, gaya ini penuh dengan vitalitas dan energi, dan biasanya dipergunakan untuk menggerakkan sesuatu. Tidak hanya menggunakan tenaga tetapi dapat juga menggunakan nada keanggunan dan kemuliaan. 

Gaya Menengah. 
Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana tenang dan damai, karena tujuannya adalah menciptakan suasana senang dan damai, maka nadanya pun juga bersifat lemah-lembut, penuh kasih sayang, dan mengandung humor yang sehat. 

Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat 
Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa, yang dimaksud dengan struktur kalimat disini adalah kalimat bagaimana sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut. 
Berdasarkan dengan sifatnya periodik, kalimat yang bersifat kendur, dan kalimat yang bersifat berimbang. 

Dari ketiga macam struktur kalimat diatas maka dapat di peroleh gaya bahasa sebagai berikut : 

Klimaks 
Gaya bahasa klimaks diturunkan dari kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan fikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan sebelumnya. 

Contoh : 
  • Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman harapan. 
Antiklimaks 
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya bahasa merupakan suatu acuan yang gagasannya diurutkan dari yang terpenting ke gagasan yang kurang penting.\ 

Contoh : 
  • Pembangunan lima tahun telah dilancarkan serentak di Ibu kota negara, ibu kota-ibu kota provinsi, kabupaten, kecamatan, dan semua desa diseluruh Indonesia. 
Paralelisme 
Paralelisme adalah semacam gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian kata-kata atau frasa-frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Kesejajaran itu juga dapat berbentuk anak kalimat yang bergantung pada sebuah induk kalimat yang sama. 

Contoh : 
  • Baik golongan yang tinggi maupun yang rendah, harus diadili kalau bersalah. 
Antitesis 
Anitesis adalah sebuah gaya bahasa yang menandung gagasan-gagasan yang bertentangan, dengan mempergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan. 

Contoh : 
  • Mereka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya, tetapi mereka juga telah banyak memperoleh keuntungan dari padanya. 
Repetesi 
Repetisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. 

Contoh : 
  • Atau maukah kau pergi bersama serangga-serangga tanah, pergi bersama kecoak-kecoak, pergi bersama mereka menyusupi tanah, menyusupi alam? 
Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna 
Gaya bahasa berdasarkan makna diukur dari langsung tidaknya makna, yaitu apakah acuan yang dipakai masih mempertahankan makna denotatifnya atau sudah ada penyimpangan. 

Gaya bahasa berdasarkan ketidaklangsungan makna ini biasanya disebut sebagai trope atau figure of speech. Gaya bahasa yang disebut trope atau figure of speech dalam uraian ini dibagi atas dua kelompok yaitu: 

Gaya Bahasa Retoris adalah gaya bahsa yang berupa kalimat Tanya yang memerlukan jawaban. 

Macam-macam Gaya bahasa retoris yaitu sebagai berikut : 

Aliterasi 
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan. 

Contoh : 
  • Keras-keras kerak kena air lembut juga. 
Asonansi 
Asonansi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud pengulangan bunyi vokal yang sama untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan. 

Contoh : 
  • Kura-kura dalam perahu, pura-pura tidak tahu. 
Anastrof 
Anostrof atau inversi adalah semacam gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. 

Contoh : 
  • Pergilah ia meninggalkan kami melihat perangainya. Bersorak-sorak orang ditepi jalan memukul bermacam-macam bunyi-bunyian melalui gerbang dihiasi bunga dan panji berkibar. 
Apofasis atau Preterisio 
Apofasis atau Preterisio merupakan sebuah gaya dimana penulis atau pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal. 

Contoh : 
  • Saya tidak mau mengungkapkan dalam forum ini bahwa saudara telah menggelapkan ratusan juta rupiah uang Negara. 
Apostrof 
Apostrof adalah semacam gaya yang berbentuk pengalihan amanat dari para hadirin kepada sesuatu yang tidak hadir seperti orang-orang yang telah meninggal, atau kepada sesuatu objek yang abstrak. 
Contoh : 
  • Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari belenggu pembebasan. 
Asindeton 
Asindeton adalah gaya yang berupa acuan, yang bersifat padat dan mampat dimana beberapa kata, frasa, atau klausa yang sederajat tidak dihubungkan dengan kata sambung. 

Contoh : 
  • Dan kesesakan, kepedihan. Kesakitan, seribu derita detik-detik penghabisan orang melepaskan nyawa. 
Polisindeton 
Polisindeton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asideton. Beberapa kata, frasa atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata sambung

Contoh : 
  • Dan ke manakah burung-burung yang gelisah dan tak berumah dan tak menyerah pada gelap dan dingin yang bakal merontokkan bulu-bulunya? 
Kiasmus 
Kiasmus adalah semacam acuan atau gaya bahasa yang terdiri dari dua bagian, baik frasa atau klausa yang sifatnya berimbang dan dipertentangkan satu sama lain, tetapi susunan frasa atau klausanya itu terbalik bila dibandingkan dengan frasa atau klausa yang ada. 

Contoh : 
  • Semua sebaran kami sudah hilang, lenyap sudah ketekunan kami untuk melanjutkan usaha itu. 
Elipsis 
Elipsis adalah suatu gaya yang berwujud menghilangkan suatu unsur kalimat yang dengan mudah dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar, sehingga struktur gramatikal atau kalimatnya memenuhi pola yang berlaku. 

Contoh : 
  • Masihkah kau tidak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat; tetapi psikis. 
Eufemismus 
Euremismus artinya mempergunakan kata-kata dengan arti yang baik atau dengan tujuan yang baik yang berarti tidak menyinggung perasaan orang lain. 

Contoh : 
  • Ayahnya sudah tak ada di tengah-tengah mereka (mati) 
Litotes 
Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. 

Contoh : 
  • Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali. 
Histeron Proteron 
Histeron Proteron adalah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau ebalikan dari sesuatu yang wajar. 

Contoh : 
  • Jendela ini telah memberi sebuah kamar padamu untuk dapat berteduh dengan tenang. 
Plenasma dan Tautologi 
Plenasma dan Tautologi adalah acuan yang mempergunakan kata-kata lebih banyak dari pada yang diperlukan untuk menyatakan satu pikiran atau gagasan. 

Contoh : 
  • Saya telah mendengar hal itu dengan telinga saya sendiri. 
  • Saya telah melihat kejadian itu dengan mata kepala saya sendiri. 
  • Darah yang merah itu melimuri seluruh tubuhnya. 
Ungkapan diatas adalah pleonasme, karena semua acuan itu tetap utuh dengan makna yang sama, walaupun dihilangkan kata-kata : dengan telinga saya, dengan mata kepala saya, dan yang merah itu. 

Perifrasis 
Perifrasis adalah gaya yang mirip dengan pleonasme, yaitu mempergunakan kata lebih banyak dari yang diperlukan. 
Contoh : 
  • Ia telah beristirahat dengan damai (meninggal). 
Prolepsisi atau Antisipasi 
Prolepsisi atau Antisipasi adalah semacam gaya bahasa dimana orang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. 

Contoh : 
  • Almarhum Pardi pada waktu itu menyatakan bahwa ia tida mengenal orang itu. 
Erotesis atau Pertanyaan Retoris 
Erotesis atau Pertanyaan retoris adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar,dan sama sekali tidak menghendaki adanya suatu jawaban. 

Contoh : 
  • Terlalu banyak komisi dan oerantara yang masing-masing menghendaki pula imbalan jasa. Herankah saudara kalau harga-harga sudah terlalu tinggi? 
Silepsis dan Zeugmen 
Silepsis dan Zeugmen adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya mempunyai hubungan dengan kata pertama. 

Contoh : 
  • Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya. 
Koreksio atau Epanortosis 
Koreksio atau Epanortosis adalah suatu gaya bahasa yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudia memperbaikinya. 

Contoh : 
  • Sudah empat kali saya mengunjungi daerah itu, ah bukan, sudah lima kali. 
Hiperbola 
Hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan membesar-besarkan suatu hal. 

Contoh : 
  • Kemarahanku sudah menjadi-jadi hingga hampir-hampir meledak aku. 
  • Tawanya menggelegar hingga membelah bumi. 
Paradoks 
Paradoks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. 

Contoh : 
  • Musuh sering merupakan kawan yang akrab. 
Oksimoron 
Oksimoron adalah suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek yang bertentangan. 

Contoh : 
  • Keramah-tamahan yang bengis. 
Gaya Bahasa Kiasan adalah gaya bahasa atau perbandingan di bentuk dengan membandingkan sesuatu dengan hal lain yang mempunyai ciri yang sama. 

Macam-macam gaya bahasa kiasan yaitu sebagai berikut : 

Persamaan atau Simile 
Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Maksudnya ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain

Contoh : 
  • Kikirnya sama kepiting batu 
Metafora 
Metafora adalah gaya bahasa yang dibuat dengan kalimat atau kata tidak berarti sebenarnya tapi mewakili suatu kata atau maksud lain yang didasari pada perbandingan atau persamaan. 

Contoh : 
  • Usaha ayah Alfa bangkrut karena modal yang digunakannya berasal dari pinjaman lintah darat. Lintah darat disini adalah renternir. 
Alegori, Parabel,dan Fabel 
  • Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. 
  • Parabel adalah suatu singkat dengan tokoh-tokoh biasanya manusia, yang selalu mengandung tema moral 
  • Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang, dimana binatang-binatang bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah-seolah manusia. 
Personifikasi atau Prosopopoeia 
Personifikasi atau Prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanuasiaan. 

Contoh : 
  • Angin yang meraung ditengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami. 
Alusi 
Alusi adalah semacam acuan yang berusaha mensugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Biasanya, alusi ini adalah suatu referensi yang eksplisit atau implisit kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, atau tempat dalam kehidupan nyata, mitologi, atau dalam karya-karya sastra terkenal. 

Contoh : 
  • Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya. 
Eponim 
Eponim adalah suatu gaya dimana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat-sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. 

Contoh : 
  • Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan ; Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan. 
Epitet 
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang. 

Contoh : 
  • Lonceng pagi untuk ayam jantan. 
Sinekdoke 
Sinekdoke adalah suatu istilah yang diturunkan dari kata yunani yang berarti menerima bersama-sama. Sinekdoke adalah semacam bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. 

Contoh : 
  • Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,- 
Metonimia 
Metonimia adalah suatu gaya bahsa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. 

Contoh : 
  • Saya minum satu gelas, ia dua gelas. 
Antonomasia 
Antonomasia adalah merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epitela untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi. 

Contoh : 
  • Yang mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini. 
Hipalase 
Hipalase adalah semacam gaya bahasa dimana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain. 

Contoh : 
  • Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya) 

Ironi, Sinisme, Dan Sarkosme 
  • Ironi atau sindiran suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud yang berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya. Contoh : tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya! 
  • Sinisme adalah suatu sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Contoh : tidak diragukan lagi bahwa andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan akan lenyap bersamamu! 
  • Sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Ia adalah acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Contoh : mulut kau harimau kau. 
Sutire 
Satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Sutire mangandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agardiadakan perbaikan secara etis maupun estetis. 

Inuendo 
Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. 

Contoh : 
  • Setiap kali ada pesta, pati ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan minum. 

Antifrasis 
Antifrasis adalah semacam ironi yang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk menangkal kejahatan dan sebagainya. 

Contoh : 
  • Lihatlah sang raksasa telah tiba (maksudnya si cebol) 

Pun atau Paranomasia 
Pun atau Paranomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam maknanya. 

Contoh : 
  • Engkau orang kaya! Ya, kaya monyet! 

IDIOM 
Menurut Moeliono, Idiom adalah ungkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya. Sedangkan menurut Badudu, idiom adalah bahasa yang teradatkan. Oleh karena itu, setiap kata yang membentuk idiom berarti di dalamnya sudah ada kesatuan bentuk dan makna. Secara sederhana Idiom ungkapan kata adalah dimana gabungan kata membentuk arti baru dan tidak berhubungan dengan kata pembentuk dasarnya. 

Walaupun dengan prinsip ekonomi bahasa, salah satu unsurnya tidak boleh dihilangkan. Setiap idiom sudah tepatri sedemikian rupa sehingga para pemakai bahasa mau tidak mau harus tunduk pada aturan pemakaiannya. 

Sebagian besar idiom yang berupa kelompok kata, misalnya : 
  • Gulung tikar tidak boleh dibalik tikar gulung. 
  • Adu domba tidak boleh dibalik domba adu. 
  • Muka tembok tidak boleh dibalik tembok muka. 

Jadi dalam hal pemakaian kata ada kalanya kita perlu memperhatikan kata berpasangan karena dua kata itu secara bersama dapat menciptakan ungkapan indomatik. 

Tidak ada komentar untuk "Gaya bahasa idiom"