Syarat ketepatan diksi
ketepatan diksi
Ketepatan adalah kemampuan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang sama pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pembicara, maka setiap penulis atau pembicara harus berusaha secermat mungkin memilih kata-katanya untuk mencapai maksud tersebut. Ketepatan tidak akan menimbulkan salah paham. Selain pilihan kata yang tepat, efektivitas komunikasi menuntut pesyaratan yang harus di penuhi oleh pengguna bahasa, yaitu kemampuan memilih kata yang sesuai dengan tuntutan komunikasi. Dalam memilih kata yang setepat-tepatnya untuk menyatakan suatu maksud, kita tidak dapat lari dari kamus. Kamus memberikan suatu ketepatan kepada kita tentang pemakaian kata-kata. Dalam hal ini, makna kata yang tepatlah yang diperlukan.
Berikut merupakan syarat-syarat ketepatan pilihan kata:
1) Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi. Menggunakan kata denotatif jika menginginkan pengertian dasar, menetapkan kata konotatif yang sesuai sasaran agar menimbulkan reaksi emosional tertentu bagi pembacanya.
• Makna denotasi adalah makna kata sebenarnya, makna kata secara wajar, atau pengertian dasar yang terdapat dalam kamus.
Pohon jeruk yang ditanamnya sudah mulai berbuah (denotasi).
• Makna konotasi adalah makna tambahan, yaitu bukan makna sebenarnya.
Contoh kalimat :
Perilakunya menjadi buah bibir masyarakat (konotasi).
2) Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim. Kata-kata yang bersinonim tidak selalu memiliki distribusi yang saling melengkapi. Sebab itu, harus berhati hati memilih kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkannya.
Contoh : (cerdas, cerdik); (agung, raya, besar)
3) Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya. Bila penulis tidak mampu membedakan kata-kata yang mirip ejaannya itu, maka akan mengakibatkan salah paham.
Contoh :
• Bahwa – bawah – bawa
• Korporasi – koperasi
• Intensif – insentif
4) Hindari kata-kata ciptaan sendiri. Bahasa selalu tumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan dalam masyarakat. Perkembangan bahasa berawal dari pertumbuhan jumlah kata baru. Namun tidak berarti bahwa setiap orang boleh menciptakan kata baru seenaknya. Bila masyarakat menerima kata baru itu, maka lama-kelamaan akan menjadi milik masyarakat. Neologisme atau kata baru atau penggunaan sebuah kata lama dengan makna dan fungsi baru termasuk dalam kelompok ini.
Contoh :
- Modern Canggih (secara subjektif)
- Modern (dalam kamus) : terbaru atau muktahir.
- Canggih (dalam kamus) : banyak cakap, suka menggangu, banyak mengetahui, bergaya intelektual.
5) Waspada terhadap penggunaan imbuhan asing, terutama kata-kata asing yang mengandung akhiran asing tersebut.
Contoh : Sejarawan bukan sejarahwan.
6) Menggunakan kata ungkapan idiomatik dengan tepat. Ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satunya tidak dapat dihilangkan atau diganti.
7) Membedakan kata umum dan kata khusus secara cermat. Kata khusus lebih tepat menggambarkan sesuatu dari pada kata umum.
• Kata umum adalah sebuah kata yang mengacu kepada suatu hal atau kelompok yang luas bidang lingkupnya.
• Kata khusus adalah kata yang mengacu kepada pengarahan-pengarahan yang khusus dan kongkret. Kata-kata yang konkret dan khusus akan menyajikan lebih banyak informasi kepada para pembaca dan juga memberi sugesti yang jauh mendalam sehingga tidak menimbulkan salah paham.
Contoh :
Kata Umum : Melihat
Kata Khusus : Melotot, membelalak, melirik, mengintai, dan mengamati.
8) Mempergunakan kata-kata indra yang menunjukkan persepsi yang khusus. Kata indra adalah kata-kata yang menyatakan dan menggambarkan pengalaman-pengalaman yang di recap oleh pancaindra, yaitu cerapan praba, prasa, penciuman, pendengaran, penglihatan. Pada umumnya tiap indra memiliki kata-kata yang khusus untuk mengungkapkan pengalaman atau penghayatan melalui masing-masing indria.
• Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra disebut kata abstrak. Contoh : kebijakkan, usulan, dan impian.
• Jika acuannya semakin mudah diserap oleh panca indra disebut kata konkrit. Contoh : Lemari, kursi, mobil, dan tampan.
9) Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal.
Contoh :
Isu (Inggris ‘issue’) berarti publikasi, perkara.
Isu (Indonesia) berarti kabar yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus.
10) Memperhatikan kelangsungan pilihan kata. Yang dimaksud dengan kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa, sehingga maksud dan pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis.
11) Menggunakan dengan cermat kata bersinonim, berhomofoni, dan berhomografi.
• Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip. Contoh : muka, paras, wajah, tampang.
• Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun berbeda.
Contoh : Bank(tempatmenyimpan uang), bang(kakak laki-laki)
• Homograf adalah kempok kata yang mempunyai kesaman huruf, tetapi pengucapannya berbeda dan maknanya berbeda.
Contoh :
Teras (inti) dengan teras (halaman rumah),
Sedan (isak) dengan sedan (sejenis mobil).
Tahu (paham) dengan tahu (sejenis makanan).
Tidak ada komentar untuk "Syarat ketepatan diksi"
Posting Komentar